www.ligapokerqq.com Bursa saham Eropa anjlok dipicu merosotnya harga minyak dunia yang sempat turun ke level terendah sejak 2003 pada Jumat, 22 Januari 2016. Namun sebagai negara pengimpor minyak, negara-negara Eropa ini justru menikmati untung dari anjloknya harga minyak dunia.
CEO Maersk Group Nils Andersen menuturkan, harga minyak yang lebih rendah telah menjadi dorongan untuk ekonomi Eropa.
"Anda melihat perekonomian di Eropa tumbuh, meskipun negara-negara Eropa tidak melakukan banyak perubahan struktural di bidang ekonomi. Jadi saya pikir ada banyak nilai tambah yang tersembunyi dari harga minyak yang lebih rendah ini," katanya kepadaCNBC pada World Economic Forum di Davos, Swiss, Jumat (22/1/2015).
Harga minyak Amerika Serikat (AS) jenis West Texas Intermediate (WTI) turun sekitar 3,3 persen dalam perdagangan Eropa menjadi U$$ 27,5 per barel, terendah sejak 2003. Harga minyak telah merosot sejak pertengahan 2014 karena ketidakseimbangan pasokan dan permintaan.
Harga minyak Amerika Serikat (AS) jenis West Texas Intermediate (WTI) turun sekitar 3,3 persen dalam perdagangan Eropa menjadi U$$ 27,5 per barel, terendah sejak 2003. Harga minyak telah merosot sejak pertengahan 2014 karena ketidakseimbangan pasokan dan permintaan.
Badan Energi Internasional memperingatkan jika kondisi ini terus berlanjut maka pasar akan semakin kebanjiran pasokan sehingga akan memberi tekanan ekstra ke harga minyak.AS dan Irak terus menggenjot produksi minyak, sedangkan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) masih mempertahankan produksi. Sedang di sisi lain, pertumbuhan permintaan energi telah melambat, sebagian besar disebabkan perlambatan ekonomi China.
"Kita sedang berada di tengah-tengah guncangan pasokan di pasar minyak, kita perlu memikirkan bagaimana agar pasokan minyak bisa ditekan. Mudah-mudahan, ekonomi yang lebih baik dapat membawa konsumsi meningkat," kata Andersen.
Namun, pasokan minyak ke pasar bertambah 500 ribu barel per hari sejak sejak pencabutan sanksi internasional terhadap Iran pada akhir pekan lalu.
Vice Chairman IHS, Daniel Yergin menuturkan, meningkatnya ketegangan antara negara-negara Teluk dan Iran memberi sinyal bahwa mereka tidak mungkin berkolaborasi untuk mengendalikan pasokan global.
"Ketegangan geopolitik terutama antara negara-negara Teluk dan Iran mendorong harga turun. Sebab, tidak ada dasar untuk mereka datang bersama-sama dan membuat kesepakatan soal produksi minyak," ungkapnya di Davos.
Dalam prospek terbarunya Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan ekonomi zona euro akan mencatat pertumbuhan rata-rata 1,7 persen pada 2016-2017, naik dari 0,9 persen pada 2014 dan 1,5 persen di 2015.
Konsumsi swasta yang kuat di kawasan euro akan didukung penurunan harga minyak dan kondisi keuangan yang longgar, akan lebih besar efeknya daripada melemahnya ekspor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar